Cerita Sex Ngentot Dengan Anak Guru SMA

Cerita Sex Ngentot Dengan Anak Guru SMA

Cerita Sex – Cerita Sex Ngentot Dengan Anak Guru SMA, Diawali dengan pertemuan di sebuah toko kelontong di perumahan tempat tinggalku, aku jadi akrab dengan Putri. Dia anak dari guru SMA ku yg sudah meninggal. Umurnya masih 18 tahun. Putri mempunyai body yg sangat seksi, dengan wajah mirip salah satu artis indonesia, tinggi badan 165 cm, ukuran dada 36, kulit putih mulus, dan rambut panjang melebihi bahu.

Setelah pertemuan di toko kelontong, kami jadi sering berhubungan lewat telpon. Dan jarak rumah kami yg dekat, terpaut dua gang dengan rumahku membuat kami janjian untuk bertemu dirumahku.
“Bram, nanti sore aku main ke rumah kamu ya?” katanya di telepon.
“Boleh deh, kebetulan bapak dan ibu ada acara arisan keluarga.” Aku menyetujui permintaannya.
Oh ya, aku tinggal dengan kedua orang tua dan nenekku. Kalau bapak dan ibu pergi, aku harus di rumah menemani nenek.
“Teng.. teng!” aku mendengar suara gembok pagar dipukulkan ke pagar.
“Sebentar!” sahutku.
Ternyata Putri yg datang, wah senang banget ternyata dia tdk main-main.
“Sebentar Put, wah sexy banget non, mau ke mana?” sambil buka kunci pagar aku nyerocos menyapa dia.
“Ya mau ke sini Bram. Eh, pakaianku terlalu terbuka ya?” Dia malah nanya.
Body yg sexy dibalut tank-top warna biru menonjolkan warna kulitnya yg putih dan tonjolan dadanya yg besar.
“Hei, kamu ngelihat apa kok gak pake bernafas..?” Dia merasa kalau mataku tdk terlepas dari arah dadanya.
“Ehm, eh.. gak pa pa. Silahkan masuk Put.” Aku jadi salah tingkah.
“Siapa Bram?” Nenekku yg ada di ruang keluarga mengeluarkan suaranya dengan nada bertanya.
“Putri Nek, anaknya Bu P yg tinggal di Jl. P itu lho.” aku jawab saja sambil menggandeng Putri ke ruang tamu.
“Duduk Put, mau minum apa?” tanyaku sambil berjalan ke dapur.
“Apa aja Bram, eh air putih aja deh. Oh ya jangan yg dingin ya, yg biasa saja.” jawab dia.
“Kalau gitu kamu ambil sendiri aja. Aku mau mandi dulu, lengket nih tadi habis motong rumput di halaman belakang.” sambil ngomong aku melirik kembali ke ruang tamu.
Dan sempat terlihat sekilas warna putih pahanya saat Putri meluruskan kaki mau berdiri. Ada getaran asyik dan aneh setelah menyaksikan pemandangan indah itu.
Segarnya guyuran air saat mandi menjadikan aku teringat dengan paha Putri, dan sedikit demi sedikit kemaluanku mengeras serta menimbulkan perasaan yg enak.
“Putri mau nggak ya aku ajak ML?” tanyaku pada diri sendiri.
Sambil masih berbalut handuk dari pinggang ke bawah, aku keluar menemui Putri.
“Bram, pakai dulu celanamu, gak sopan tuh.” Nenekku nyeletuk, waduh jadi malu dan merasa salah tingkah. Tapi aku cuek saja.
“Iya Nek.” aku jawab sekenanya sambil tetap jalan ke ruang tamu.
Di sana Putri sudah menunggu sambil tangannya memegang segelas air putih yg diambilnya dari dispenser. Posisi duduknya menyebabkan sebagian pahanya yg putih terlihat sampai dekat bongkahan pantatnya. Aku menelan ludah, mungkin dia melihat gelagatku ini. Wah pasti deh wajahku kelihatan merah padam.
“Bram, ke atas yuk. Aku pingin tahu apa rumahku terlihat dari sini.” pintanya.
“OK, tapi aku pake celana dulu ya.” jawabku.
“Gak usah Bram, biar aja.” wah dia ternyata dia gak punya pikiran aneh-aneh.
“Nek, aku ke atas..!” teriakku minta ijin ke Nenek.
“Iya. Bram, telponnya kamu bawa saja kalau-kalau nanti bapakmu telepon.” sahut Nenek.
“Biar aja di bawah Nek, nanti kalau ada telpon Bram yg turun.” sahutku lagi.
“Ayo Bram, cepetan. Ntar keburu malam, aku harus belajar Matematika.” Putri merajuk sambil tangannya menarik lenganku yg masih membetulkan ikatan handuk.
Akibatnya, handukku sedikit terbuka di bagian depan sehingga batang kemaluanku jadi terlihat oleh Putri.
“Hi, apa itu Bram. Kok hitam gitu, berambut lagi.” celetuknya dengan ekspresi terkejut.
“Ini kemaluanku namanya Mr. P” jawabku sekenanya sambil membetulkan handuk.
Lalu kami melanjutkan perjalanan menaiki tangga ke lantai dua.
Ruang di lantai dua sengaja aku atur tanpa menggunakan kursi, hanya meja rendah dan bundar model Jepang yg ada di tengah karpet tebal berwarna biru. Ada 4 bantal besar dengan cover bermotif oriental dengan warna biru muda yg dipakai sebagai alas duduk. Ada TV 21″ dan VCD player di pojok ruang.
“Bram, itu apaan? Kok aneh, tadi kan nggak ada?” tanyanya sambil pandangannya mengarah ke bawah perutku.
Rupanya dia menyadari kalau dari tadi aku melihat ke arah dadanya, sehingga aku yg keasyikan menikmati pemandangan indah jadi terkejut.
“Ehm.. ini tho? Ini Mr. P yg lagi tegang, kamu pingin lihat?” jawabku sambil bertanya.
“Nggak deh, malu. Lagian buat apa?” dia malah balik bertanya.
“Kesempatan nih.” pikirku.
“Ya biar kamu tahu bagaimana bentuk kelamin pria pada saat tegang.” celetukku.
“Gimana ya?” dia berpikir sejenak. Lalu..
“OK deh. Tapi nggak ada efeknya negatifnya kan?” dia mulai terpancing.
“Oh ya Put, biar asyik. Gimana kalau kita nanti gantian ngasih liat punya masing-masing. Dijamin deh, nggak bakalan ada yg dirugikan.” aku mulai melancarkan seranganku.
Matanya sedikit terbelalak ketika melihat Mr. P ku yg berukuran jumbo dengan diameter 4, 5 cm dan panjang 18 cm.
“Waah, gedhe banget ya. Bram, apa setiap pria berukuran segitu?” tanyanya.
Matanya masih menelusuri tubuhku mulai dada sampai pangkal pahaku. Nafasnya mulai sedikit cepat.
“Asyik nih, dia udah mulai terangsang” dalam hati aku bersorak gembira.
“Put, gantian dong. Sekarang kamu yg buka baju, apa perlu aku bantu bukain baju kamu?” aku menghentikan tatapannya yg mulai bergairah.
“Ehm, boleh. Tapi jangan diapa-apain ya, cuman lihat aja ya.” Dia berkata sambil mendekatkan tubuhnya ke arahku.
Aku tatap terus matanya lalu mulai membuka t-shirt nya ke arah atas. Pada saat t-shirtnya melintas di wajahnya dan kedua tangannya terangkat ke atas (bayangin deh, tubuhnya terbuka banget..), aku berhenti sejenak, sambil mencuri cium dadanya.
“Bram.! jangan ah, geli.” Dia agak berteriak kaget, tapi tdk ada bagian tubuhnya yg mencoba menghentikan aksiku.
Aku merasa ada lampu hijau buat meneruskan aksiku ini.
Lalu terlepaslah t-shirt nya dan terlihatlah tubuh bagian atasnya yg terbuka dan hanya berbalut bra dengan model bikini warna putih. Payudaranya terlihat menonjol dan menantangku untuk meremasnya, tapi aku tahan keinginan itu.
“Wah, putih banget ya kulitmu. Jadi pingin tahu yg di dalam situ.” celetukku sambil menunjuk ke arah payudaranya.
“Ya udah, lihat aja.” sambil berkata gitu Putri melepas penutup dadanya.
Sekarang terpampang dengan jelas dua payudara putih dengan puting agak merah muda. Dekat sekali dengan aku, membuat aku jadi pingin meremas dan mengulumnya.
“Sabar Bram, nanti juga dapat.” dalam hati aku berkata.
“Bram.. ayo lanjutin buka bajunya Putri.” pintanya dengan pandangan berbinar nakal.
Aku melanjutkan aksiku dengan memegang kedua pahanya dan menggerakkan kedua tanganku ke atas berbarengan. Sehingga roknya tersingkap ke atas sampai perut. Lalu aku raih CD-nya dan menariknya ke bawah dengan tiba-tiba.
“Ahh, Bram..!” Putri menjerit kecil karena tubuhnya terhuyung-huyung kebelakang.
Lalu tangannya meraih pinggangku dan berpegangan agar tdk jatuh. Dan dengan tdk sengaja ujung Mr. P ku menyentuh bagian atas perutnya. Terasa sedikit geli. Putri terdiam dengan posisi masih memegang pinggangku lalu dia melepaskannya dengan tiba-tiba sambil mundur dan tangannya memegang bagian bawah perutnya yg masih terbungkus rok.
“Hi hi, kok Putri nggak ngerasa kamu melepas CD. Pantas aja rasanya agak dingin.” Dia tertawa kecil sambil berkata begitu.
“Hmm.. uhmm” mulut kami masih berpagutan dengan lidah saling menjilat.
Ketika tangannya bergerak ke belakang tubuhnya, lalu terlepaslah pembungkus tubuhnya yg masih tersisa. Sekarang Putri benar-benar telanjang. Dan nafasku terasa berhenti ketika melihat kemaluannya yg punya bulu-bulu halus berbentuk segitiga. Aku menelan ludah dengan agak susah.
“Kenapa Bram, heran ya lihat punyaku.” tiba-tiba Putri berkata mengagetkan aku yg masih terpesona dengan pemandangan di depanku.
“Eh, iya.. Put, boleh aku pegang Miss V kamu?” aku memohon.
“Jangan Bram.” Katanya sambil mendekatkan pinggangnya ke pinggangku.
Aneh juga, tdk mau tapi malah mendekat. Aku rasakan gesekan lembut antara Mr. P ku dengan rambut Miss V nya.
“Hmm.. ahh.. sshh” Putri mendesah lirih sambil memejamkan matanya.
“Wah kesempatan nih” pikirku.
Lalu aku rengkuh punggungnya dan kupagut lagi bibirnya. Dia membalas dengan penuh nafsu.
“Ahh, jangan Bram. Aku takut hamil.” rengeknya ketika aku mulai menyentuh Miss V nya.
“Santai aja Put, gak bakalan hamil deh.
“Ya udah, Bram.. jangan kasar ya.” gumamnya lirih.
Aku kecup lagi bibirnya sambil tangan kananku mengelus lembut bibir Miss V, sementara tangan kiri meremas lembut payudaranya bergantian kiri dan kanan.
“Hmm.. shh, terus Bram, enak banget. shh” Putri mulai meracau keenakan.
Tangannya yg sedari tadi terus memegangi pundakku mulai beraktifitas menjelajahi leher dan dadaku. Sementara itu
aku kecup lembut puting sambil tangan kiriku masih mengelus daerah selangkangannya.
“Shhtt.. Bram.. ahhss.. terus Bram” Putri semakin keras meracau dan agaknya dia sudah hampir mencapai puncak kenikmatan.
“Ahh..” Sambil badannya melenting kebelakang dengan kepala mendongak Putri akhirnya mencapai kenikmatannya yg pertama.
“Hmmff..Bram, rasanya enak banget. Kok, kamu gak merasa apa-apa?” Tanyanya sambil memeluk leherku dan menatap mataku.
Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat jelas kulit wajahnya yg berkeringat, dan dadanya yg masih membusung masih menempel di dadaku.
“Put, kamu santai aja dulu, sambil berkata aku mulai lagi mengecup lehernya dengan lembut, lalu meniupkan nafasku ke dadanya. Hal ini membuat Putri mengerang lagi.
“Sssstttt.. Bram.. eh kamu nakal ya. Lalu mulutku mulai merayap turun ke dadanya dan menjilati putingnya bergantian kiri kanan selama lebih kurang lima menit.
“Sst.. ahh.. hmm” Putri mulai meracau lagi. Gairahnya mulai muncul.
Tangannya kini telah memegang Mr. P ku yg sedari tadi terus mendongakkan kepalanya. Lalu aku rebahkan Putri di atas meja. Aku beringsut mundur dan meraih kedua pahanya, lalu dengan tiba-tiba membenamkan kepalaku diantara kedua ujung pahanya.
“Ahh.. Bram geli.. ahh.. sstt.. ohh. Enak Bram” Putri kaget lalu mendesah nikmat.
Birahiku semakin menjadi mendengarnya. Mulutku menelusuri setiap inci tubuhnya yg berkulit putih dan lembut. Merayap naik dari Miss V nya sampai leher. Lalu kukecup bibirnya dengan lembut. Tangan kanan Putri mengelus-elus Mr. P ku dengan lembut.
“Terserah kamu Bram.” pelan Putri berkata.
Setelah aku bisikkan,
“Aku menginginkanmu Put.”
Lalu dengan lembut, aku tarik kedua kakinya sehingga menjuntai dari tepi meja, dan kakinya aku renggangkan sedikit tetapi masih menjejak karpet, sehingga Miss V nya yg sudah basah semakin menantangku. Kusentuhkan ujung kepala Mr. P ke Miss V nya, lalu aku gerakkan ke atas dan ke bawah dengan perlahan. Nikmat sekali.
“Hmm Bram, cepetan dimasukin, tapi pelan-pelan ya.” Putri mulai memohon karena sudah tdk tahan dengan rangsangan yg aku berikan.
Aku letakkan ujung Mr. P ku tepat di atas lubang Miss V nya, lalu dengan perlahan aku dorong. Agak susah juga, sering meleset, padahal cairan yg dikeluarkannya lumayan banyak. Aku hentikan usahaku, kudekatkan kepalaku ke Miss V nya lalu aku sedot cairan yg ada. Sekarang Miss V nya sudah agak kering.
“Sshh.. Bram.. geli.. ayo dong masukin.. cepet.. hmm” Putri mengerang kegelian.
Kucoba lagi memasukkan ujung Mr. P, sekarang berhasil. Lebih kurang 3 centimeter ujung Mr. P yg terbenam. Aku dorong dengan pelan, lalu kutarik lagi dengan pelan. Ku ulang sampai 4 kali. Hal ini membuat kepala Putri menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat.
Lalu dengan tiba-tiba
“Bles..” Mr. P ku berhasil menerobos keperawanannya.
“Ahh..Bram, sakit” Putri merintih.
“Cup.. cup.. ss” aku coba menenangkan Putri, lalu kukecup bibirnya dengan lembut.
Mr.P masih terbenam di Miss V, sengaja tdk aku gerakkan pinggulku. Aku ingin merasakan sensasinya. Perlahan Miss V nya mulai berdenyut, dan Putri sudah tersenyum nakal. Lalu kami berpagutan dengan ganasnya. Pinggulku kudorong naik turun dengan pelan, sambil kedua tangan meremas payudaranya. Putri juga aktif mengelus punggungku dengan cepat. Sesekali didorongnya pinggulnya ke atas. Sehingga ujung Mr. P ku terasa menyentuh dinding rahimnya.
Aktifitas ini berlangsung lebih kurang 20 menit, sampai ketika Putri menjerit tertahan sambil menggigit pundakku.
“Ahh.., Bram.. aku nyampai”.
Pada saat yg sama kurasakan Mr. P ku seperti diremas-remas dan basah. Remasan yg seperti pijitan lembut menimbulkan rasa nikmat di batang Mr. P. Aku semakin mempercepat gerakan naik turun, lalu..
“Ahhrhh..” aku melenguh panjang menyemprotkan cairan hangat.
Kami berciuman mesra dengan Mr. P ku masih di dalam Miss V nya.
“Gila Bram, kok masih tegang” Putri kaget karena tahu kalau Mr. P ku masih tetap tegang.
Kami berdua tertawa lepas ketika terdengar suara nenekku memanggil.
“Bram, sudah hampir malam. Apa nak Putri nggak dicari ibunya?”.
“Iya Nek, sebentar. Kami masih nonton film.” sahutku sambil tersenyum ke arah Putri.
Putri membalas senyumku.
“Oh indahnya.” dalam hati aku bersorak.
Setelah merapikan baju dan rambutnya, aku mengantar Putri pulang ke rumahnya. Semenjak itu kami jadian.
Cerita Sex Lainnya:  Cerita Sex Dosen Yang Sungguh Cantik